Berita

Kisah Tata, Anak Disabilitas di Surabaya yang Menang Lomba Lukis Level Dunia

Tata bersama sang ibunda. Foto: Diskominfo Surabaya

Qurrota’Ain Rizky Cahyani, anak penyandang disabilitas di Surabaya, baru saja mengukir prestasi gemilang di level internasional. Siswi SMP ini berhasil meraih best Line Master kategori usia 10-13 tahun dalam ajang We Are The World Event yang digelar pada 21 hingga 25 Agustus 2024 di Jakarta. Event tersebut diadakan oleh pusat seni yang berasal dari Paris.

Berkat prestasi tersebut, anak perempuan yang akrab disapa Tata itu merasa sangat bahagia dan bangga. Sebab, lukisannya akan dipamerkan di Paris pada bulan Desember mendatang.

“Ini pertama kali ikut lomba tingkat internasional, perasaannya ya senang, bangga dan ada bingung juga,” ungkap Tata, Kamis (29/8).

Tata menjelaskan, karya lukisnya yang berjudul ‘Infinity in Diversity’ terinspirasi dari beberapa lagu mancanegara yang sering ia dengarkan. Karya tersebut menggambarkan culture musik yang berbeda-beda dari setiap negara.

“Ini saya gambar dengan perbedaan culture masing-masing. Medianya pakai cat air, pensil warna dan spidol. Kalau inspirasinya dari lagu-lagu yang sering saya dengar, seperti lagu English, China, Jepang, Thailand dan juga Indonesia,” jelas Tata.

Ke depan, Tata semakin bersemangat untuk mengasah kemampuannya dengan mengikuti lebih banyak lomba dan terus berlatih di Rumah Anak Prestasi (RAP) milik Pemkot Surabaya. Ia merasa bahwa melukis adalah bagian dari kegemarannya sehari-hari.

“Kalau mau melukis jangan dipaksa, gambar saja yang mau digambar. Jadi jangan buat itu sebagai pekerjaan tapi sebagai hobi,” tuturnya.

Kebanggaan atas prestasi Tata juga dirasakan oleh sang ibunda, Beta Ami. Perempuan berusia 47 tahun itu merasa sangat bangga lantaran putrinya mampu membuktikan di tengah kondisinya yang tidak seperti anak lainnya namun mampu berprestasi hingga tingkat internasional.

“Anak saya awalnya didiagnosa Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), lalu waktu kelas 3 SD diketahui ada diseleksia. Berjalannya waktu dokter juga mengatakan kalau ada autis ringan,” ujar Beta.

Beta menceritakan, awalnya ia sempat kebingungan untuk menggali potensi sang putri. Tetapi, dirinya tak patah semangat hingga menemukan RAP Nginden yang baru diresmikan pada tahun 2022 lalu.

“Tata itu tidak mau sekolah, kalau disuruh sekolah nangis saja, maunya hanya menggambar. Lalu saya bawa ke Dinas Kebudayaan Kota Surabaya supaya bisa ikut kelas inklusi, tapi tidak bisa karena fisik anaknya normal. Akhirnya disarankan untuk ke RAP Nginden,” papar warga Pacar Keling itu.

Setelah mengetahui informasi tentang RAP Nginden, Beta lantas mengikut sertakan Tata dalam pelatihan melukis setiap minggunya.

“Dari situ baru ketahuan bakat Tata ada di gambar. Bakatnya mulai terasah di RAP dan hanya di RAP saja belajarnya,” imbuhnya.

Selain mengikuti pelatihan melukis, Beta juga rajin mengikutsertakan putri keduanya itu dalam pelatihan lainnya seperti public speaking, membatik, dan modeling di RAP.

Beta berharap, dengan usahanya untuk mengasah bakat Tata, putrinya bisa bersaing dengan anak seusianya dan tidak diremehkan di lingkungan. Dirinya pun akan terus mendukung bakat putrinya di bidang seni, khususnya menggambar atau melukis.

“Kalau ke depan hobinya ini bisa menjadi mata pencahariannya ya saya akan mendukung. Karena secara akademik dia memang kesulitan,” harapnya.

Ia pun menambahkan, untuk para ibu yang memiliki anak dengan kondisi tertentu seperti dirinya agar tetap selalu semangat dan menggali potensi anaknya.

“Jadi jangan patah semangat terus berusaha, karena setiap anak pasti punya kekurangan dan kelebihan. Para orang tua di Kota Surabaya juga bisa memanfaatkan fasilitas pelatihan di RAP untuk menggali potensi diri pada anak,” tandas Beta.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya Anna Fajriatin mengungkapkan bahwa selain memberikan pelatihan, RAP Kota Surabaya juga mendorong anak-anak berkebutuhan khusus untuk mengikuti kompetisi. Tujuannya agar mereka dapat meningkatkan kompetensi dan aktualisasi diri.

“Selain berlatih, mereka (anak-anak) juga harus mengikuti kompetisi supaya semakin terasah kemampuannya dan meraih prestasi di bidang lain,” kata Anna.

Anna mengatakan, saat ini sudah ada empat RAP yang tersebar di setiap wilayah Kota Surabaya, yaitu RAP Nginden, RAP Kedung Cowek, RAP Sonokwijenan dan RAP Dukuh Menanggal. Fasilitas RAP bisa dinikmati warga Kota Pahlawan secara gratis tanpa dipungut biaya.

“Jumlah anak di setiap RAP sudah mencapai ratusan. Mereka juga bisa memanfaatkan fasilitas di empat RAP yang ada. Misalnya, melakukan pelatihan di RAP Nginden tapi terapinya di RAP Dukuh Menanggal itu diperbolehkan,” tukasnya.

Leave A Comment

RSS
Follow by Email
LinkedIn
Share
WhatsApp
Copy link